USIANYA memang masih sangat muda, 27 tahun. Namun di usianya yang masih muda ini, gelar Doktor, Wakil Rektor Termuda di Indonesia versi Good News From Indonesia, dan deretan prestasi membanggakan lainnya mampu dicapai pria yang lahir dari keluarga sederhana. Yang berasal dari Yogyakarta dan Sumedang.
DI usianya yang masih muda, pemilik nama lengkap Reza Zaki ini memiliki perjalanan yang berliku dari mulai masa kecil hingga dewasa.
“Saya memulai pendidikan di TK Pertiwi VIII, Bekasi. Saat itu usia saya belum dapat diterima di sekolah tersebut. Di sini saya menjadi salah satu murid yang cukup sering mengikuti berbagai festival lomba hingga disebut sebagai ‘Pak Lurah’ karena dianggap paling berpengalaman di antara murid-murid lainnya,” ujarnya mengawali cerita perjalanan karirnya di dunia pendidikan kepada ruber.id, Senin (10/10/2017).
Setamat TK, kata Aa Zaki (sapaan akrabnya), melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 10 Pagi, Jakarta. Di sekolah inilah talenta kepemimpinan Zaki mulai muncul seiring kiprahnya dalam berbagai organisasi seperti menjadi ketua pramuka, dokter cilik, dan mengikuti berbagai macam kompetisi hingga menjadi juara di tingkat Provinsi DKI Jakarta.
“Kemudian saya melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) PUTRA I Jakarta. Di sini saya juga konsisten membawa talenta kepemimpinan sejak kecil. Dan di sekolah ini saya mendapat julukan ‘Pak Ustadz’ karena selama tiga tahun berturut-turut menjadi juara 1 dalam kompetisi adzan, pidato, hingga Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ),” tuturnya.
Selain itu, bakat seni ayah dari Khalisa Melodi Kemalahayati Zaki inipun ditunjukan dengan menjadi Juara kompetisi Marching Band Tingkat Nasional di Istora Senayan. Dan saat SMP itu, Zaki mendapatkan tawaran Pertukaran Pelajar Pramuka Indonesia-Selandia Baru. Tak hanya itu, hobinya dengan sepak bola ditunjukan dengan ikhtiarnya membangun Tim Futsal sekolah bersama Mantan Pemain Tim Nasional Indonesia.
“Diluar sekolah saya juga aktif mengikuti Sekolah Sepak Bola (SSB) PAM Jaya dimana Kapten Tim Nasional Indonesia, Maman Abdurrahman pernah berguru di tempat yang sama. Saat saya bergabung bersama SSB PAM Jaya itu, tim kami pernah meraih Juara Kompetisi Persija Timur dan Liga Danone,” kenangnya.
Selepas SMP, suami dari Gresika Bunga Sylvana ini kemudian melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 89 Jakarta. Di sekolah ini Ia ditempa habis-habisan. Usai salat subuh Reza langsung berangkat menuju sekolah karena jarak yang begitu jauh dari rumah ke sekolah.
“Ketika duduk di Kelas X, saya dipercaya menjadi ketua kelas. Amanah itu tidak saya sia-siakan. Tiiap pagi ketika gedung sekolah masih gelap gulita, saya sudah sampai di sekolah dan sibuk membersihkan kelas. Seluruh tugas sebagai Ketua Kelas dilakukan dengan sungguh-sungguh,” ucapnya.
Ketika kinerjanya dilihat oleh teman-temannya memuaskan, pada saat Zaki duduk di kelas XI, Ia terpilih menjadi Ketua OSIS SMAN 89 Jakarta. Sejumlah gebrakan dilakukan. Mulai dari, memperbaiki kultur berorganisasi, menata ruang OSIS, merubah wajah Pentas Seni (Pensi) SMAN 89 Jakarta yang lebih humanis bagi para pegiat ekstrakulikuler, membangun budaya kritis dengan menulis, hingga mengantarkannya terpilih menjadi Ketua OSIS di tingkat DKI Jakarta.
“Di SMA, saya juga masih sempat menjuarai kompetisi adzan tingkat DKI Jakarta mewakili sekolah. Terkadang, saya diminta menjadi khatib salat Jumat di SMAN 89 Jakarta. Saat duduk di Kelas XII, saya fokus mempersiapkan Ujian Nasional (UN) dan tes perguruan tinggi,” tuturnya.
Ketika lulus SMA tahun 2008, Zaki diterima kuliah di Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Diponoegoro (UNDIP), Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Trisakti.
“Akhirnya di tahun 2008, saya memilih melanjutkan studi hukum di Universitas Gadjah Mada (UGM). Selama kuliah S1 ini, saya fokus mengembangkan pemahaman di bidang hukum perdagangan internasional,” sebutnya.
Lalu, kata Zaki, pada tahun 2009, terpilih menjadi delegasi Harvard World Model United Nations (HWMUN) di Belanda dan Stockholm Model United Nations (SMUN) di Swedia.
“Pada tahun 2010, saya menjadi Ketua Senat Mahasiswa UGM dan Kepala Departemen Kajian Strategis Dema Justicia (BEM) FH UGM. Di tahun yang sama hingga 2012 saya juga dipercaya menjadi Presiden Future Leaders Party (FLP) UGM.
Dimana, partai mahasiswa ini menorehkan sejarah organisasi kampus di UGM dengan menjadi partai pemenang pemilihan Presiden Mahasiswa di tahun 2012, dengan mengalahkan Partai Bunderan (partai pemenang selama 13 tahun),” tuturnya lagi.
Pada tahun 2011, Zaki dipercaya menjadi Menteri Kajian Strategis BEM KM UGM. Di tahun yang sama Zaki juga dipercaya menjadi Koordinator Isu Korupsi BEM Seluruh Indonesia (SI) dan ikut menjadi Koordinator Pusat ASEAN Organization Network (ASONE) bagi para aktivis BEM se ASEAN selama tahun 2011-2012.
“Di tahun 2012, saya diberi amanah sebagai Wakil Presiden Mahasiswa UGM dan sempat menolak ajakan Presiden SBY untuk pergi ke China dikarenakan kondisi yang memanas ketika itu saat terjadi demonstrasi besar-besaran mahasiswa di Indonesia untuk menolak kenaikan BBM dan RUU Pendidikan Tinggi,” urainya.
Di tahun yang sama, Zaki juga aktif menjadi Koordinator Mahasiswa dan Siswa Anti Korupsi (Mahasaksi) Indonesia. Dan pada saat di kampus, Zaki juga meraih Beasiswa Rumah Kepemimpinan PPSDMS Nurul Fikri dan terlibat aktif di Sahabat Percepatan Mutu Pendidikan (SP2MP) UGM.
“Beberapa kejuaraan tingkat Nasional pernah diraih dari Juara Moot Court Competition (MCC) Piala Prof. Soedarto UNDIP, Juara Karya Tulis Hukum di FH UI, Juara Orasi di UNY, Juara Debat politik di IPB, dan lainnya. Pada saat S1, saya juga menulis sejumlah buku. Dan di penghujung tahun, saya masuk dalam Buku 100 Mahasiswa Berprestasi UGM dan 100 Young CEO Indonesia,” tuturnya.
Setelah menyelesaikan pendidikan S1, kata Zaki, pada tahun 2013, melanjutkan studi S2 di Hubungan Internasional UGM dengan kajian diplomasi perdagangan dunia. Sebuah program akademik hasil kerjasama dengan World Trade Organization (WTO).
“Saat menempuh S2 ini, saya menyibukan diri sebagai peneliti di Pusat Studi Perdagangan Dunia UGM dan melahirkan beberapa karya penelitian termasuk dalam membuat kajian analisa ketika Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO ke 9 di Bali tahun 2013,” katanya.
Saat S2 itu, Zaki juga dipercaya menjadi Direktur World Trade Model Community. Sebuah komunitas epistemik yang fokus melakukan kajian dan simulasi perdagangan internasional.
“Pada saat masa transisi S1 ke S2, saya mendirikan Rumah Imperium. Sebuah komunitas sosial bisnis di Sumedang yang fokus memberdayakan masyarakat Sumedang pada bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan ekonomi,” sebutnya.
Ikhtiarnya dibayar dengan hilir mudik, menempuh perjalanan dari Jogja, Jakarta, hingga ke Sumedang dan sebaliknya, dengan Kereta Api kelas ekonomi. Semangat membangun daerah terus dia rawat. Hingga akhirnya, pada tahun 2015, Zaki mendapatkan kepercayaan menjadi Ketua Forum Putra Daerah Membangun untuk mengumpulkan talenta putra daerah yang membangun Indonesia dari desa serta terhubung dari Aceh hingga Papua.
“Dalam waktu bersamaan, saya melanjutkan studi S3 hukum di Universitas Padjadjaran (UNPAD) dengan kajian hukum perdagangan internasional. Dan di sela-sela studi, saya juga dipercaya menjadi Kepala Departemen Kewirausahaan dan Ekonomi Ummat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) serta ketua ICMI Komisariat Universitas BINUS,” katanya lagi.
Perjalanan Zaki menempuh pendidikan dan mulai menapaki perjalanan karirnya memang berliku. Sejak kecil, Zaki sudah menunjukan bakat bisnisnya.
“Saat masih kecil dulu, saya minta ke nenek dibelikan motor kecil. Namun, nenek saya justru membelikan sepeda keranjang depan berwarna pink. Selain nenek saya tidak membelikan sesuai permintaan, sepeda itu juga lebih cocok digunakan oleh perempuan,” kenangnya.
Namun, Zaki kecil tidak berhenti disitu. Zaki di didik untuk bisa mencari uang sejak kecil. Karena waktu kecil, Zaki punya hobi memelihara burung dara, kemudian dia berinisiatif berjualan makanan burung di lingkungan sekitar sambil mengajak teman sepermainannya dengan mengayuh sepeda yang dibelikan oleh neneknya.
“Selain berjualan makanan burung, saya juga sempat menjadi penjual koran saat kecil,” ucapnya.
Bakat bisnis Zaki ini semakin tajam ketika dia mendapatkan pendidikan yang semakin tinggi serta pergaulannya yang semakin luas dengan para intelektual dan praktisi. Zaki kini sudah mampu mengelola bisnis properti di Jakarta, Sumedang, dan Yogyakarta. Dari mulai membuka bisnis kolam renang, ruang kantor, kuliner, bimbingan belajar, hingga sosial bisnis dari Rumah Imperium. Selain sebagai pengusaha, Zaki juga seorang akademisi.
“Saat ini, saya menjadi dosen hukum Universitas Bina Nusantara (BINUS), Sekolah Tinggi Hukum Militer (STHM), dan dosen tamu di Tunghai University, Taiwan. Saya juga sempat meraih predikat sebagai Wakil Rektor Termuda di Indonesia versi Good News From Indonesia,” katanya.
Selain itu, Zaki juga sempat meraih beberapa penghargaan antara lain Tokoh Filantropi Millenial versi Koran TEMPO, Restorasi Awards kategori Tokoh Pemuda, Sumedang Awards, 8 Komunitas Sosial Terbaik Indonesia versi Nutrifood dan British Council, dan Museum Rekor Indonesia (MURI).
“Saya menikah muda dengan Gresika Bunga Sylvana sebelum selesai studi di UGM. Kami tergolong pasangan yang dikenal sebagai orang yang aktif berorganisasi. Bunga ketika studi di UGM pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa UGM dan Mahasiswa Berprestasi UGM. Bunga pernah berkarier di Bank Indonesia, Management Trainee Coca Cola Indonesia, hingga Inspektorat Jenderal Kementrian Keuangan RI,” katanya. (*)
Sumber: http://ruber.id/